Mendagri: Sejak Saya Kenal, Pak Jokowi Tetap Sederhana

By Admin

nusakini.com--Saat jadi keynote speaker di acara seminar bertajuk, "Gaya Komunikasi Jokowi: Membangun Budaya Dialogis dalam Masyarakat Pluralis, " di Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Jakarta, kemarin, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo banyak mengurai tentang sosok Presiden Jokowi, baik secara personal, maupun dari sisi gaya komunikasi dan kepemimpinannya. Sebagai menteri, tentu Tjahjo banyak sekali bersentuhan langsung dengan orang nomor satu di republik ini. 

Tidak hanya itu, Tjahjo dan Jokowi pun punya ikatan ideologis, sama-sama berasal dari satu partai yakni dari PDIP. Tidak hanya itu, Jokowi dan Tjahjo juga berasal dari satu daerah yang sama. Keduanya adalah putra kelahiran Surakarta.

Bahkan, saat Pilpres 2014, Tjahjo yang jadi komandan tim sukses pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Kini, Tjahjo dipercaya jadi Menteri Dalam Negeri, salah satu menteri utama di jajaran kabinet kerja. 

Dalam seminar itu Tjahjo banyak bercerita tentang bosnya di kabinet. Salah satu ceritanya tentang awal mula Jokowi ditarik masuk dunia politik. Menurut Tjahjo, ia sudah lama kenal dengan Jokowi. Bahkan, ia sudah kenal saat Presiden ketujuh itu masih jadi pengusaha mebel.

Tjahjo pun kemudian bercerita tentang awal mula Jokowi masuk dunia politik. Kata dia, adalah Walikota Solo sekarang, FX Hadi Rudyatmo yang 'menarik' Jokowi masuk ke dunia politik. Rudyatmo sendiri adalah kader PDIP di Solo. Rudyatmo yang mengajukan nama Jokowi ke partai untuk dipertimbangkan maju sebagai calon walikota Surakarta. 

"Saya kenal Pak Jokowi cukup lama, sejak beliau mau maju dari seorang pengusaha menengah, kemudian direkrut oleh Pak Hadi Rudyatmo (Walikota Solo sekarang-red), yang mengajukan ke partai bagaimana kalau berduet dengan Pak Jokowi," kata Tjahjo. 

Ternyata pilihan Rudyatmo tak salah, kata Tjahjo. Partai pun tak salah pilih orang. Terbukti, Jokowi berhasil memimpin Solo. Bahkan terpilih dua periode. Sampai akhirnya, kemudian partai memutuskan maju di Pilkada Jakarta, berduet dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Di Jakarta, kembali Jokowi menang. Padahal, saat itu hampir semua lembaga survei mengunggulkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. 

" Ini duet (Jokowi-FX Hadi Rudyatmo) yang khas bisa dua periode memimpin Solo. Lalu dari berbagai diskusi, pertimbangan, rapat di partai, akhirnya Bu Mega (Megawati Soekarnoputri-red) putuskan kita calonkan Pak Jokowi jadi cagub DKI," kata dia. 

Akhirnya kata Tjahjo, sejarah mencatatkan, Jokowi kembali menang di pemilihan presiden 2014. Berduet dengan Jusuf Kalla, Jokowi bisa mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Tjahjo sendiri saat Pilpres, menjadi ketua tim sukses nasional pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. Tjahjo juga bercerita majunya Jokowi ke pentas Pilpres tidak lepas dari peran Megawati dan almarhum Taufik Kiemas.

Peran kedua tokoh itu membuat dukungan pada Jokowi solid. Tokoh lainnya yang juga berperan adalah Andrinof Chaniago yang saat itu masih jadi penggiat survei politik. 

"Waktu itu Pak Taufik (almarhum Taufik Kiemas-red) bilang kamu harus siap, kalau Pak Jokowi jadi capres. Akhirnya bentuk sebuah tim dari berbagai perguruan tinggi, jabarkan Nawa Cita sebagai program capres. Itulah yang kini menjadi program jangka pendek, menengah, dan panjang Pak Jokowi," urai Tjahjo. 

Di mata dia, Jokowi adalah sosok yang sederhana. Meski sekarang sudah jadi orang nomor satu di republik, kesederhanaan hidupnya tak pernah luntur. Dan, itu diperlihatkan saat ia berinteraksi atau berkomunikasi dengan siapa pun. 

"Itulah gaya Pak Jokowi. Naik pesawat bolak balik Jakarta-Solo, misalnya selalu pakai pesawat kelas ekonomi," ujarnya. 

Begitu juga gaya hidupnya kata dia, sangat sederhana. Bosnya itu tak pernah tampil dengan barang atau pakaian mewah dan mahal. Baju kemejanya saja, bukan kemeja branded dengan harga selangit. Tapi kemeja murah meriah. 

"Baju yang 50-80 ribu, tak pakai jam mewah. Dasi ya dasi murahan. Dia berkunjung kemana-mana selalu tenteng tas sendiri, itu gaya beliau, hampir di semua daerah, ya kebetulan daerah yang berpenduduk transmigran Jawa ini, spontan menyalami," tutur Tjahjo. 

Soal makanan pun kata Tjahjo, Presiden Jokowi tidak ribet. Sejak mengenalnya, Jokowi bukanlah orang yang suka pilih-pilih tempat makanan. Bahkan makan di emperan, atau warung Tegal pun tak masalah. Tidak hanya itu jika makan itu disukai, Presiden Jokowi kerap minta dibungkuskan, untuk kemudian dibawa ke Istana 

" Makan di istana pun yang sering beliau makan seperti dulu. Misal seafood di Kelapa Gading, warteg (warung Tegal) dekat UIN, atau sop kambing di kota," ungkap Tjahjo.(p/ab)